Rabu, 10 Desember 2014

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN Teori Biologi dan Lingkungan

TEORI BIOLOGI DAN LINGKUNGAN



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan ini dari waktu ke waktu manusia (makhluk hidup) mengalami suatu perkembangan, entah itu dalam fisik atau psikologisnya. Dimana dalam kehidupan sehari-hari perkembangan fisik lebih dikenal dengan sebutan pertumbuhan, sedangkan pada yang lainnya (non fisik) dinamakan perkembanga psikologis.
Perkembangan psikologi dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan tertentu yang muncul pada diri manusia (binatang) diantara konsepsi (pembuahan) dan mati. Dimana dalam makalah ini sedikit banyak akan dibahas mengenai teori-teori psikologi perkembangan anak tersebut. Sehingga dengan dibahasnya teori-teori tersebut dapat membantu orangtua atau guru dalam memahami tingkah laku dan mendidik anak-anaknya.
Sehingga ketika besok kita sudah menjadi guru atau orang tua tidak salah dalam mendidik atau menanggapai tingkah laku anak didik atau anak kita sendiri. Mempelajari teori-teori perkembangan tidak hanya berguna bagi orang tua dan guru dalam memberikan pelayanan dan pendidikan kepada anak sesuai dengan tahap perkembangannya, melainkan juga berguna dalam memahami diri kita sendiri dengan cara pendekatan biologis, lingkungan dan suasana serta interaksi. Teori perkembangan akan memberikan wawasan dan pemahaman tentang sejarah perjalanan hidup kita sendiri ( sebagai bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa atau usia lanjut ).

B.     Rumusan Masalah
1.      Jelaskan psikologi perkembangan?
2.      Apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan?
3.      Jelaskan teori biologis dan teori lingkungan?
4.      Bagaimana implementasi dari teori-teori tersebut?


C.    Tujuan
1.      Memberikan pemahaman tentang psikologi perkembangan.
2.      Memberikan pemahaman tentang pertumbuhan dan perkembangan.
5.      Mampu menjelaskan teori biologis dan teori lingkungan.
3.      Memberikan pemahaman implementasi dari teori biologis dan lingkungan.



















BAB II
PEMBAHASAN

Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).
(Q.S Al-:Mu’min :40:67).
Jauh sebelum para ahli psikologi dan pendidikan anak mengemukakan mengenai teori-teori perkembangan anak, terlebih dahulu Allah telah menerangkannya di dalam Al-Qur’an, yaitu yang terdapat dalam surat Al-mu’min ayat 40. Sebagaimana yang tertulis di atas tersebut.

A.    Psikologi Perkembangan
1.      Perkembangan (development)
psikologi perkembangan pada prinsipnya merupakan cabang dari psikologi. Psikologi itu sendiri merupakan  sebuah istilah yang berasal  dari bahasa inggris, yaitu “psychologi”. Istilah ini pada mulanya berasal dari kata dalam bahasa Yunani “psyche”, yang berarti roh, jiwa atau daya hidup, dan “logos” yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah “psychologi” berarti ilmu jiwa.
Istilah perkembangan itu sendiri  dalam psikologi merupakan sebuah konsep yang cukup rumit dan kompleks. Di dalamnya terkandung banyak dimensi. Oleh sebab itu, untuk dapat memahami konsep perkembangan, perlu terlebih dahulu memahami beberapa konsep lain yang terkandung di dalamnya, diantaranya: pertumbuhan, kematangan, dan perubahan.
Secara Seifert dan Hoffnung (1994) mendefinisikan perkembangan sebagai “Long-term changes in a person’s growth feeling, patterns of thinking, social relationships, and motor skills”. Sementara itu, Chaplin (2002) mengartikan perkembangan sebagai: Perubahan yang berkesinambungan dan progresif  dalam organisme, dari lahir sampai mati, pertumbuhan, perubahan dalam bagian-bagian fungsional, dan kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang dipelajari.
Menurut Reni Akbar Hawadi dalam Desmita (2012:4) perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat, dan ciri-ciri yang baru. Dalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia, yang diawali dari saat pembuahan dan berakhir dengan kematian. Jadi perkembangan tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin membesar, melainkan didalamnya juga tergantung serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ketahap kematangan melalui pertumbuhan pematangan dan belajar.
2.      Pertumbuhan
            Dalam konsep perkembangan juga terkadang pertumbuhan. Pertumbuhan (growth) sebenarnya merupakan sebuah istilah yang lazim digunakan dalam biologi, sehingga pengertiannya lebih bersifat biologis. C.P. Chaplin (2002), mengartikan pertumbuhan sebagai: satu pertambahan atau kenaikan dalam ukuran dari bagian-bagian tubuh atau dari organisme sebagai suatu keseluruhan.
            Menurut Crow dan Crow dalam Baharuddin (2012:65), kematangan atau pertumbuhan sejak pembuahan dan seterusnya merupakan gejala alamiah. Arah terjadinya pertumbuhan itu sebagai suatu hasil dari faktor-faktor luar dari individu yang matang atau tumbuh itu sebagai perkembangan.
            Jadi Pertumbuhan adalah perubahan secara Fisiologis dari hasil proses kematangan fungsi-fungsi jasmani sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai proses berubahnya keadaan jasmaniah (fisik) yang turun-temurun dalam bentuk proses aktif yang berkesinambungan.

B.     Faktor yang mempengaruhi psikologi perkembangan
Pendidikan merupakan suatu proses ketika kemampuan manusia hendak dikembangkan secara terus-menerus. Kemampuan merupakan faktor dasar, sedangkan kemampuan yang diperoleh merupakan faktor sebagai konsekuensi dari interaksi individu dengan lingkungannya. Faktor pertama mengenal istilah “Potensi bawaan” (Heredity), sedangkan faktor kedua dinamakan dengan “lingkungan”(Environment) dalam Baharudin (2012:70).
1.      Nativisme (Teori yang berorientasi pada Biologi)
Para ahli yang mengikuti aliran nativisme berpendapat bahwa perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Notus berarti lahir, pembawaan. Menurut teori ini, pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa. Pandangan seperti ini disebut “Pesimisme Paedagogis”.
Menurut Bruno dikutip oleh Syah, Muhibbin dalam Baharuddin (2012:71), aliran ini diperkuat oleh Chomsky seorang ahli linguistik bahwa perkembangan penguasaan bahasa pada manusia tidak dapat dipengaruhi semata-mata oleh proses belajar, tetapi yang lebih penting adalah “Biological Predisposition” (Kecenderungan biologi) yang dibawa sejak lahir. Chomsky tidak menafikkan sama sekali peran belajar dan pengalaman berbahasa, juga lingkungan. Baginya, semua ini ada pengaruhnya, tetapi pengaruh pembawaan bertata-bahasa jauh lebih besar lagi bagi perkembangan bahasa manusia.
Tokoh utama (pelopor) aliran nativisme adalah Arthur Schopenhaur (Jerman 1788-1860). Tokoh lain seperti J.J. Rousseau seorang ahli filsafat dan pendidikan dari Perancis. Kedua tokoh ini berpendapat betapa pentingnya inti privasi atau jati diri manusia. Meskipun dalam keadaan sehari-hari, sering ditemukan anak mirip orang tuanya (secara fisik) dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orang tuanya. Tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang menentukan perkembangan. Masih banyak faktor yang dapat memengaruhi pembentukan dan perkembangan anak dalam menuju kedewasaan.
Biologis berkaitan dengan keturunan. Keturunan memiliki peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia lahir di dunia ini membawa berbagai macam ragam warisan yang berasal dari kedua orang tuanya atau nenek dan kakeknya. Warisan (turunan atau pembawaan) tersebut yang terpenting, antara lain bentuk tubuh, raut muka, warna kulit, intelegensi, bakat, sifat-sifat atau watak, dan penyakit.
Menurut Gesell Lingkungan bisa untuk sementara memengaruhi tingkat kecepatan perkembangan seorang anak, akan tetapi faktor-faktor biologi individu sepenuhnya mengendalikan perkembangan.
Teori ini menitikberatkan pada apa yang yang disebut bakat, jadi faktor keturunan dan konstitusi yang dibawa sejak lahir, perkembangan anak dilihat sebagai pertumbuhan dan pemasakan organisme. Perkembangan bersifat endogen, artinya perkembangan tidak hanya berlangsung spontan saja melainkan juga harus di mengerti sebagai pemekaran pre-disposisi yang telah ditentukan secara biologis dan tidak dapat berubah lagi (genotype).
Pengaruh lingkungan hanya sekedar menyedikan kesempatan yang baik saja, missal pengaruh suhu, penerangan, pemupukan, dan pangairan yang menguntungkan. Dalam hal ini maka merupakan suatu proses yang spontan, yang oleh piaget (1971) disebut sebagai kelanjutan ganesa-embryo. Pengaruh lingkungan, yang menguntungkan dan tidak menguntungkan ikut menentukan sifat apa yang terwujud yang dimiliki organisme dalam priode tertentu (fenotype).
Kelemahan teori ini nampak dalam penelitian anak-anak kembar. Anak kembar yang identik (satu telur) yang dibesarkan dalam milieu (lingkungan) yang berbeda, mengalami proses perkembangan yang berbeda pula. Kelemahan teori yang berorientasi biologis itu juga kita jumpai pada waktu anak dalam satu kondisi tertentu mampu melaksanakan tingkah laku operasi, yaitu melakukan tingkah laku intelektual pada waktu yang lebih awal dari pada stadium perkembangannya, misalnya anak bisa membaca pada waktu yang sangat awal.

2.      Empirisme (Berorientasi pada Teori Lingkungan)
Aliran ini bertentangan dengan aliran nativisme. Empirisme (empiri = pengalaman), tidak mengakui adanya pembawaan atau potensinya di bawah lahir manusia. Dengan kata lain bahwa anak manusia itu lahir dalam keadaan suci dalam pengertian anak bersih tidak membawa apa-apa. Karena itu, aliran ini berpandangan bahwa hasil belajar peserta didik besar pengaruhnya pada faktor lingkungan.
Dalam teori belajar mengajar, maka aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam per-kembangan peserta didik. Pengalaman belajar yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan.
Tokoh perintis aliran empirisme adalah seorang filosof Inggris bernama John Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “Tabula Rasa”, yakni anak lahir di dunia bagaikan kertas putih yang bersih. Pengalaman empirik yang diperoleh dari lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak. Dengan demikian, dipahami bahwa aliran empirisme ini, seorang pendidik memegang peranan penting terhadap keberhasilan belajar peserta didiknya.
Teori lingkungan (Ekologis) memberikan tekanan pada sistem lingkungan. Tokoh utama teori ekologi adalah Urie Brofenbrenner. Dalam teori Ekologisnya, Brofenbrenner mengambarkan empat kondisi lingkungan dimana perkembangan terjadi, yaitu Mikrosistem, Mesosistem, Ekosistem, dan Makrosistem. Keempat lingkungan yang menjadi landasan perkembangan manusia menurut teori Ekologi Brofenbrenner dalam Neil J, Salkind (2009:45), tersebut akan di uraikan dalam pembahasan berikut : 
1)      Mikrosistem (Microsystem) menunjukan situasi dimana individu hidup dan saling berhubungan dengan orang lain. Konteks ini meliputi keluarga, taman sebaya, sekolah dan lingkungan sosial lainnya. Dalam Mikrosistem inilah terjadinya interaksi yang paling langsung dengan agen-agen sosial.
2)      Mesosistem (Mesosystem) Menunjukan hubungan antara dua atau lebih hubungan Mikrosistem atau beberapa konteks. Sebagai contoh adalah hubungan antara rumah dan sekolah, rumah dan masjid, sekolah dan lingkungan, serta rumah dan tempat kerja.
3)      Ekosistem (Exosystem)  terdiri dari setting sosial dimana individu tidak berpartisipasi aktif, tetapi keputusan penting yang diambil mempunyai dampak terhadap orang yang berhubungan langsung dengannya. Misalnya, tempat kerja orang tua, dewan sekolah, pemerintah lokal dan orang tua kelompok teman sebaya. 
4)      Makrosistem (Macrosystem) meliputi cetak biru (Blueprints) membentuk sosial dan kebudayaan untuk menjelaskan dan mengorganisir institusi kehidupan. Makrosistem direfleksikan dalam pola lingkaran dalam mikrosistem, mesosistem, dan ekosistem yang dicirikan dari sebuah subkultur,kultur atau konteks social lainnya yang lebih luas. Contoh makrosistem meliputi asumsi ideologi, dan sistem kepercayaan bersama tentang umat manusia, hubungan sosial dan kualitas kehidupan.
Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat anak yang bergaul  juga bermain sehari-hari dan  keadaan alam sekitar dengan iklimnya, flora dan faunanya. Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangannya bergantung pada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya.

3.      Konvergensi
Aliran konvergensi berasal dari kata konvergen, artinya bersifat menuju satu titik pertemuan. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu itu baik dasar (bakat, keturunan) maupun lingkungan, kedua-duanya memainkan peranan penting.
Tokoh utama konvergensi bernama Louis william Stern (1871-1938) menganggap bakat sebagai kemungkinan yang telah ada pada masing-masing individu dapat dikembangkan apabia ditunjang dengan pengaruh lingkungannya. Bakat yang sudah ada sebagai kemungkinan jika mendapat pengaruh lingkungan yang serasi, belum tentu dapat berkembang, kecuali jika bakat itu sudah matang. Yang perlu di pertimbangkan adalah kematangan. Dalam pendidikan kematangan ataupun kondisi fisik akan memperoleh pengakuan sosial apabila individu yang bersangkutan mengusahakan social learning (belajar berinteraksi dengan kelompok atau orang lain serta menyesuaikan diri dengan nilai-nilai serta minat-minat kelompok), dalam Baharuddin (2012:73).
Kematangan dalam belajar melibatkan beberapa faktor bersama-sama yang membentuk readiness, yaitu:
  1. Perlengkapan dan pertumbuhan fisiologis, termasuk perlengkapan pribadi tubuh, alat-alat indera, dan kapasitas intelektual.
  2. Motivasi, menyangkut kebutuhan, minat, serta tujuan-tujuan individu untuk mempertahankan serta mengembangkan diri.
Kedua hal diatas merupakan potensi peserta didik yag memungkinkan diriny bebas memilih antara mengikuti atau menolak sesuatu dari stimulus lingkungan tertentu yang hendak mengembangkan dirinya. Tinggi rendahnya mutu hasil perkembangan peserta didik terdiri dari dua faktor :
  1. Faktor Intern, yaitu faktor yang ada dalam diri peserta didik yang meliputi pembawaan dan potensi psikologi tertentu yang turut mengembangkan dirinya.
  2. Faktor Ekstern, yaitu faktor yang kaitannya dengan hal-hal yang datang dari luar diri siswa baik lingkungan, pendidikan dan pengalamanyang dilaluinya dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Al-Qur’an dan hadist sendiri  sebagai acuan dasar pendidikan Islam dalam menerangkan teori belajar mengajar telah memberikan konsep terhadap pemikiran yang terdapat aliran nativisme, empirisme dan konvergensi. Dalam  hal ini, Al-Qur’an menegaskan bahwa pembawaan seorang anak (peserta didik) sejak lahirnya disebut fitrah, dan fitrah ini adalah dasar keagamaan yang dimiliki oleh setiap orang. Fitrah menurut Al-Qur’an di samping dapat menerima pengaruh dari dalam (keturunan) juga dapat menerima pengaruh dari luar (lingkungan). Untuk mengembankan fitrah ini, maka sangat pendidikan kedudukan pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
            Teori perkembangan adalah teori yang memfokuskan pada perubahan-perubahan dan perkembangan struktur jasmani, perilaku dan fungsi mental manusia dalam berbagai. Pertumbuhan adalah perubahan secara Fisiologis dari hasil proses kematangan fungsi-fungsi jasmani sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan.
            Teori perkembangan meliputi  biologi dan lingkungan. Secara Teori  biologi merupakan studi tentang perkembangan perilaku evolusi spesies dalam lingkungan alamiahnya. Teori lingkungan (Ekologis) memberikan tekanan pada sistem lingkungan, dan berinteraksi dengan lingkungan. Dengan adanya  berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu.  Teori konvergensi berpandangan bahwa perkembangan individu itu baik dasar (bakat, keturunan) maupun lingkungan, kedua-duanya memainkan peranan penting.

B.     SARAN
Dari pemamparan yan telah dijelaskan dalam makalah ini, penulis berharap dapat membantu pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuannya khusunya tentang teori perkembangan biologis dan lingkungan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama supaya mengerti bagaimana mengimpelentasikan teori perkembangan ini untuk mencapai tujuan pendidikan. Diharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca sangat berarti untuk memperbaiki makalah ini kedepannya.




DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin. 2012. Pendidikan & Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Ar-Ruzz
          Media.

Bronfenbrenner, U. 1997. Toward an Experimental Psychology of Human
          Development. Amerika Psikologi.

Bruno. 1928. Dalam Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu
          Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Chaplin, J.P. 2002. Dictionary of psychologi, terj. Kartini Kartono. Jakarta: Raja
          Grafindo Persada.

Crow dan Crow. 1989. Educational Psychology. Terjemahan Abd. Rahman
          Abror. Yogyakarta: Nur Cahaya.

Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Gesell, A. 1954. The Ontogenesis of Infant Behavior. Dalam L, Charmichael (Ed),
          Manual of Child Psychology. New York: John Wiley.

Piaget, J. (1970). Science and Educational and The Psychology of The Child. New
          York: Orion.
Roesseau, J.J. 1979. Emile. New York: Basic Books.

Salkind, Neil. J. 2009. Teori-teori Perkembangan Manusia. Bandung: Nusa
          Media.

Seifert, K.L dan Hoffnung, R.J. 1994. Child and Adolescent Development.
          Boston: Houghton Mifflin Company.


 nhuynhuy1994@gmail.com
@nhuyzhi_raksadirana94


Tidak ada komentar:

Posting Komentar