TEORI BIOLOGI DAN LINGKUNGAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam kehidupan ini dari waktu ke
waktu manusia (makhluk hidup) mengalami suatu perkembangan, entah itu dalam
fisik atau psikologisnya. Dimana dalam kehidupan sehari-hari perkembangan fisik
lebih dikenal dengan sebutan pertumbuhan, sedangkan pada yang lainnya (non
fisik) dinamakan perkembanga psikologis.
Perkembangan psikologi dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan tertentu
yang muncul pada diri manusia (binatang) diantara konsepsi (pembuahan) dan
mati. Dimana dalam makalah ini sedikit banyak akan dibahas
mengenai teori-teori psikologi perkembangan anak tersebut.
Sehingga dengan dibahasnya teori-teori tersebut dapat membantu orangtua atau
guru dalam memahami tingkah laku dan mendidik anak-anaknya.
Sehingga ketika besok
kita sudah menjadi guru atau orang tua tidak salah dalam mendidik atau
menanggapai tingkah laku anak didik atau anak kita sendiri. Mempelajari teori-teori perkembangan
tidak hanya berguna bagi orang tua dan guru dalam memberikan pelayanan dan
pendidikan kepada anak sesuai dengan tahap perkembangannya, melainkan juga
berguna dalam memahami diri kita sendiri dengan cara pendekatan biologis,
lingkungan dan suasana serta interaksi. Teori perkembangan akan memberikan
wawasan dan pemahaman tentang sejarah perjalanan hidup kita sendiri ( sebagai
bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa atau usia lanjut ).
B.
Rumusan
Masalah
1. Jelaskan
psikologi perkembangan?
2. Apa
yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan?
3. Jelaskan
teori biologis dan teori lingkungan?
4. Bagaimana
implementasi dari teori-teori tersebut?
C.
Tujuan
1.
Memberikan pemahaman tentang psikologi
perkembangan.
2.
Memberikan pemahaman tentang pertumbuhan
dan perkembangan.
5. Mampu
menjelaskan teori biologis dan teori lingkungan.
3.
Memberikan pemahaman implementasi dari
teori biologis dan lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN
Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari
setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu
sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada
masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu
ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai
kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).
(Q.S
Al-:Mu’min :40:67).
Jauh sebelum para ahli psikologi dan
pendidikan anak mengemukakan mengenai teori-teori perkembangan anak, terlebih
dahulu Allah telah menerangkannya di dalam Al-Qur’an, yaitu yang terdapat dalam
surat Al-mu’min ayat 40. Sebagaimana
yang tertulis di atas tersebut.
A.
Psikologi
Perkembangan
1.
Perkembangan
(development)
psikologi perkembangan pada
prinsipnya merupakan cabang dari psikologi. Psikologi itu sendiri
merupakan sebuah istilah yang
berasal dari bahasa inggris, yaitu “psychologi”. Istilah ini pada mulanya berasal dari kata dalam bahasa Yunani “psyche”, yang berarti roh, jiwa atau
daya hidup, dan “logos” yang berarti
ilmu. Jadi, secara harfiah “psychologi”
berarti ilmu jiwa.
Istilah perkembangan itu
sendiri dalam psikologi merupakan sebuah
konsep yang cukup rumit dan kompleks. Di dalamnya terkandung banyak dimensi.
Oleh sebab itu, untuk dapat memahami konsep perkembangan, perlu terlebih dahulu
memahami beberapa konsep lain yang terkandung di dalamnya, diantaranya:
pertumbuhan, kematangan, dan perubahan.
Secara Seifert dan Hoffnung (1994)
mendefinisikan perkembangan sebagai “Long-term
changes in a person’s growth feeling, patterns of thinking, social
relationships, and motor skills”. Sementara itu, Chaplin (2002) mengartikan
perkembangan sebagai: Perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati,
pertumbuhan, perubahan dalam bagian-bagian fungsional, dan kedewasaan atau
kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang dipelajari.
Menurut Reni Akbar Hawadi dalam
Desmita (2012:4) perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses
perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas
kemampuan, sifat, dan ciri-ciri yang baru. Dalam istilah perkembangan juga
tercakup konsep usia, yang diawali dari saat pembuahan dan berakhir dengan
kematian. Jadi perkembangan tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan yang
semakin membesar, melainkan didalamnya juga tergantung serangkaian perubahan
yang berlangsung secara terus menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi
jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ketahap kematangan melalui
pertumbuhan pematangan dan belajar.
2.
Pertumbuhan
Dalam
konsep perkembangan juga terkadang pertumbuhan. Pertumbuhan (growth) sebenarnya merupakan sebuah
istilah yang lazim digunakan dalam biologi, sehingga pengertiannya lebih
bersifat biologis. C.P. Chaplin (2002), mengartikan pertumbuhan sebagai: satu
pertambahan atau kenaikan dalam ukuran dari bagian-bagian tubuh atau dari
organisme sebagai suatu keseluruhan.
Menurut
Crow dan Crow dalam Baharuddin (2012:65), kematangan atau pertumbuhan sejak
pembuahan dan seterusnya merupakan gejala alamiah. Arah terjadinya pertumbuhan
itu sebagai suatu hasil dari faktor-faktor luar dari individu yang matang atau
tumbuh itu sebagai perkembangan.
Jadi
Pertumbuhan adalah perubahan secara Fisiologis dari hasil proses kematangan
fungsi-fungsi jasmani sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan.
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai proses berubahnya keadaan jasmaniah (fisik)
yang turun-temurun dalam bentuk proses aktif yang berkesinambungan.
B. Faktor yang mempengaruhi psikologi perkembangan
Pendidikan merupakan suatu proses
ketika kemampuan manusia hendak dikembangkan secara terus-menerus. Kemampuan
merupakan faktor dasar, sedangkan kemampuan yang diperoleh merupakan faktor
sebagai konsekuensi dari interaksi individu dengan lingkungannya. Faktor
pertama mengenal istilah “Potensi bawaan”
(Heredity), sedangkan faktor kedua dinamakan dengan “lingkungan”(Environment) dalam Baharudin (2012:70).
1. Nativisme (Teori yang berorientasi pada Biologi)
Para ahli yang mengikuti aliran nativisme berpendapat bahwa perkembangan
individu itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir.
Notus berarti lahir, pembawaan.
Menurut teori ini, pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa.
Pandangan seperti ini disebut “Pesimisme
Paedagogis”.
Menurut Bruno dikutip oleh Syah, Muhibbin dalam Baharuddin (2012:71),
aliran ini diperkuat oleh Chomsky seorang ahli linguistik bahwa perkembangan
penguasaan bahasa pada manusia tidak dapat dipengaruhi semata-mata oleh proses
belajar, tetapi yang lebih penting adalah “Biological
Predisposition” (Kecenderungan biologi) yang dibawa sejak lahir. Chomsky
tidak menafikkan sama sekali peran belajar dan pengalaman berbahasa, juga
lingkungan. Baginya, semua ini ada pengaruhnya, tetapi pengaruh pembawaan
bertata-bahasa jauh lebih besar lagi bagi perkembangan bahasa manusia.
Tokoh utama (pelopor) aliran nativisme adalah Arthur
Schopenhaur (Jerman 1788-1860). Tokoh lain seperti J.J. Rousseau seorang ahli
filsafat dan pendidikan dari Perancis. Kedua tokoh ini berpendapat betapa
pentingnya inti privasi atau jati diri manusia. Meskipun dalam keadaan
sehari-hari, sering ditemukan anak mirip orang tuanya (secara fisik) dan anak
juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orang tuanya. Tetapi pembawaan itu
bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang menentukan perkembangan. Masih
banyak faktor yang dapat memengaruhi pembentukan dan perkembangan anak dalam
menuju kedewasaan.
Biologis
berkaitan dengan keturunan. Keturunan memiliki peran penting dalam pertumbuhan
dan perkembangan anak. Ia lahir di dunia ini membawa berbagai macam ragam
warisan yang berasal dari kedua orang tuanya atau nenek dan kakeknya. Warisan
(turunan atau pembawaan) tersebut yang terpenting, antara lain bentuk tubuh,
raut muka, warna kulit, intelegensi, bakat, sifat-sifat atau watak, dan
penyakit.
Menurut
Gesell Lingkungan bisa untuk sementara memengaruhi tingkat kecepatan
perkembangan seorang anak, akan tetapi faktor-faktor biologi individu
sepenuhnya mengendalikan perkembangan.
Teori ini menitikberatkan pada apa yang yang disebut
bakat, jadi faktor keturunan dan konstitusi yang dibawa sejak lahir, perkembangan
anak dilihat sebagai pertumbuhan dan pemasakan organisme. Perkembangan bersifat
endogen, artinya perkembangan tidak hanya berlangsung spontan saja melainkan
juga harus di mengerti sebagai pemekaran pre-disposisi yang telah ditentukan
secara biologis dan tidak dapat berubah lagi (genotype).
Pengaruh lingkungan hanya sekedar menyedikan
kesempatan yang baik saja, missal pengaruh suhu, penerangan, pemupukan, dan
pangairan yang menguntungkan. Dalam hal ini maka merupakan suatu proses yang
spontan, yang oleh piaget (1971) disebut sebagai kelanjutan ganesa-embryo.
Pengaruh lingkungan, yang menguntungkan dan tidak menguntungkan ikut menentukan
sifat apa yang terwujud yang dimiliki organisme dalam priode tertentu
(fenotype).
Kelemahan teori ini nampak dalam penelitian
anak-anak kembar. Anak kembar yang identik (satu telur) yang dibesarkan dalam
milieu (lingkungan) yang berbeda, mengalami proses perkembangan yang berbeda
pula. Kelemahan teori yang berorientasi biologis itu juga kita jumpai pada
waktu anak dalam satu kondisi tertentu mampu melaksanakan tingkah laku operasi,
yaitu melakukan tingkah laku intelektual pada waktu yang lebih awal dari pada
stadium perkembangannya, misalnya anak bisa membaca pada waktu yang sangat
awal.
2. Empirisme (Berorientasi pada Teori Lingkungan)
Aliran ini bertentangan dengan aliran nativisme. Empirisme
(empiri = pengalaman), tidak mengakui adanya pembawaan atau
potensinya di bawah lahir manusia. Dengan kata lain bahwa anak manusia itu
lahir dalam keadaan suci dalam pengertian anak bersih tidak membawa apa-apa.
Karena itu, aliran ini berpandangan bahwa hasil belajar peserta didik besar
pengaruhnya pada faktor lingkungan.
Dalam teori belajar mengajar, maka aliran empirisme
bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi
eksternal dalam per-kembangan peserta didik. Pengalaman belajar yang diperoleh
anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa
stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan
oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan.
Tokoh perintis aliran empirisme adalah seorang filosof
Inggris bernama John Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “Tabula Rasa”,
yakni anak lahir di dunia bagaikan kertas putih yang bersih. Pengalaman empirik
yang diperoleh dari lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan
perkembangan anak. Dengan demikian, dipahami bahwa aliran empirisme ini,
seorang pendidik memegang peranan penting terhadap keberhasilan belajar peserta
didiknya.
Teori
lingkungan (Ekologis) memberikan tekanan pada sistem lingkungan. Tokoh utama
teori ekologi adalah Urie Brofenbrenner. Dalam teori Ekologisnya, Brofenbrenner
mengambarkan empat kondisi lingkungan dimana perkembangan terjadi, yaitu
Mikrosistem, Mesosistem, Ekosistem, dan Makrosistem. Keempat lingkungan yang
menjadi landasan perkembangan manusia menurut teori Ekologi Brofenbrenner dalam
Neil J, Salkind (2009:45), tersebut akan di uraikan dalam pembahasan berikut
:
1)
Mikrosistem (Microsystem) menunjukan situasi
dimana individu hidup dan saling berhubungan dengan orang lain. Konteks ini
meliputi keluarga, taman sebaya, sekolah dan lingkungan sosial lainnya. Dalam
Mikrosistem inilah terjadinya interaksi yang paling langsung dengan agen-agen
sosial.
2)
Mesosistem (Mesosystem) Menunjukan hubungan
antara dua atau lebih hubungan Mikrosistem atau beberapa konteks. Sebagai
contoh adalah hubungan antara rumah dan sekolah, rumah dan masjid, sekolah dan
lingkungan, serta rumah dan tempat kerja.
3)
Ekosistem (Exosystem) terdiri dari
setting sosial dimana individu tidak berpartisipasi aktif, tetapi keputusan
penting yang diambil mempunyai dampak terhadap orang yang berhubungan langsung
dengannya. Misalnya, tempat kerja orang tua, dewan sekolah, pemerintah lokal
dan orang tua kelompok teman sebaya.
4)
Makrosistem (Macrosystem) meliputi cetak biru
(Blueprints) membentuk sosial dan kebudayaan untuk menjelaskan dan
mengorganisir institusi kehidupan. Makrosistem direfleksikan dalam pola
lingkaran dalam mikrosistem, mesosistem, dan ekosistem yang dicirikan dari
sebuah subkultur,kultur atau konteks social lainnya yang lebih luas. Contoh
makrosistem meliputi asumsi ideologi, dan sistem kepercayaan bersama tentang
umat manusia, hubungan sosial dan kualitas kehidupan.
Lingkungan
sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah
keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik,
masyarakat tempat anak yang bergaul juga bermain sehari-hari dan
keadaan alam sekitar dengan iklimnya, flora dan faunanya. Besar kecilnya
pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangannya bergantung pada
keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya.
3. Konvergensi
Aliran konvergensi berasal dari kata konvergen,
artinya bersifat menuju satu titik pertemuan. Aliran ini berpandangan bahwa
perkembangan individu itu baik dasar (bakat, keturunan) maupun lingkungan,
kedua-duanya memainkan peranan penting.
Tokoh utama konvergensi bernama Louis william Stern
(1871-1938) menganggap bakat sebagai kemungkinan yang telah ada pada
masing-masing individu dapat dikembangkan apabia ditunjang dengan pengaruh
lingkungannya. Bakat yang sudah ada sebagai kemungkinan jika mendapat pengaruh
lingkungan yang serasi, belum tentu dapat berkembang, kecuali jika bakat itu
sudah matang. Yang perlu di pertimbangkan adalah kematangan. Dalam pendidikan
kematangan ataupun kondisi fisik akan memperoleh pengakuan sosial apabila
individu yang bersangkutan mengusahakan social
learning (belajar berinteraksi dengan kelompok atau orang lain serta
menyesuaikan diri dengan nilai-nilai serta minat-minat kelompok), dalam Baharuddin
(2012:73).
Kematangan dalam belajar melibatkan beberapa faktor
bersama-sama yang membentuk readiness, yaitu:
- Perlengkapan dan pertumbuhan fisiologis, termasuk perlengkapan pribadi tubuh, alat-alat indera, dan kapasitas intelektual.
- Motivasi, menyangkut kebutuhan, minat, serta tujuan-tujuan individu untuk mempertahankan serta mengembangkan diri.
Kedua hal diatas merupakan potensi peserta didik yag memungkinkan diriny
bebas memilih antara mengikuti atau menolak sesuatu dari stimulus lingkungan
tertentu yang hendak mengembangkan dirinya. Tinggi rendahnya mutu hasil
perkembangan peserta didik terdiri dari dua faktor :
- Faktor Intern, yaitu faktor yang ada dalam diri peserta didik yang meliputi pembawaan dan potensi psikologi tertentu yang turut mengembangkan dirinya.
- Faktor Ekstern, yaitu faktor yang kaitannya dengan hal-hal yang datang dari luar diri siswa baik lingkungan, pendidikan dan pengalamanyang dilaluinya dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Al-Qur’an dan hadist sendiri sebagai acuan dasar pendidikan Islam
dalam menerangkan teori belajar mengajar telah memberikan konsep terhadap
pemikiran yang terdapat aliran nativisme, empirisme dan konvergensi. Dalam
hal ini, Al-Qur’an menegaskan bahwa pembawaan seorang anak (peserta
didik) sejak lahirnya disebut fitrah, dan fitrah ini adalah dasar keagamaan
yang dimiliki oleh setiap orang. Fitrah menurut Al-Qur’an di samping dapat
menerima pengaruh dari dalam (keturunan) juga dapat menerima pengaruh dari luar
(lingkungan). Untuk mengembankan fitrah ini, maka sangat pendidikan kedudukan
pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Teori
perkembangan adalah teori yang memfokuskan pada perubahan-perubahan dan
perkembangan struktur jasmani, perilaku dan fungsi mental manusia dalam
berbagai. Pertumbuhan adalah perubahan secara Fisiologis dari hasil proses kematangan
fungsi-fungsi jasmani sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan.
Teori perkembangan meliputi
biologi dan lingkungan. Secara Teori biologi merupakan studi tentang
perkembangan perilaku evolusi spesies dalam lingkungan alamiahnya. Teori
lingkungan (Ekologis) memberikan tekanan pada sistem lingkungan, dan
berinteraksi dengan lingkungan. Dengan adanya berinteraksi tersebut,
seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu
dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan
baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui
sesuatu. Teori konvergensi berpandangan bahwa
perkembangan individu itu baik dasar (bakat, keturunan) maupun lingkungan,
kedua-duanya memainkan peranan penting.
B. SARAN
Dari pemamparan yan telah dijelaskan dalam makalah ini, penulis berharap
dapat membantu pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuannya khusunya
tentang teori perkembangan biologis dan lingkungan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca, terutama supaya mengerti bagaimana mengimpelentasikan
teori perkembangan ini untuk mencapai tujuan pendidikan. Diharapkan saran dan
kritik yang konstruktif dari pembaca sangat berarti untuk memperbaiki makalah
ini kedepannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Baharuddin. 2012. Pendidikan
& Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Bronfenbrenner,
U. 1997. Toward an Experimental
Psychology of Human
Development.
Amerika
Psikologi.
Bruno. 1928. Dalam Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu
Pendekatan
Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Chaplin,
J.P. 2002. Dictionary of psychologi,
terj. Kartini Kartono. Jakarta: Raja
Grafindo
Persada.
Crow dan
Crow. 1989. Educational Psychology. Terjemahan
Abd. Rahman
Abror.
Yogyakarta: Nur Cahaya.
Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik.
Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Gesell, A.
1954. The Ontogenesis of Infant Behavior.
Dalam L, Charmichael (Ed),
Manual of Child Psychology. New York:
John Wiley.
Piaget, J.
(1970). Science and Educational and The
Psychology of The Child. New
York: Orion.
Roesseau,
J.J. 1979. Emile. New York: Basic
Books.
Salkind,
Neil. J. 2009. Teori-teori Perkembangan
Manusia. Bandung: Nusa
Media.
Seifert, K.L
dan Hoffnung, R.J. 1994. Child and
Adolescent Development.
Boston: Houghton Mifflin Company.
nhuynhuy1994@gmail.com
@nhuyzhi_raksadirana94
Tidak ada komentar:
Posting Komentar