PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
METODE LONGITUDINAL VS TRANSFERSAL DAN
PENDEKATAN
LINTAS BUDAYA
Pembahasan
mengenai metode penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan pengertian tentang
bagaimana para psikolog perkembangan melakukan tugas mereka dalam mendapatkan
lebih banyak pengertian akan gejala perkembangan, serta bagaimana cara
mengatasi hambatan dalam proses perkembangan. Menurut Monks, Knoers, dan
Haditono dalam desmita (2012:60) pembahasan tentang metode penelitian ini dapat
dibedakan antara pendekatan yang lebih umum dan metode yang lebih spesifik.
A.
Pendekatan
Umum
Pendekatan
umum mengandung 2 pengertian yaitu memberikan lebih banyak data mengenai
keseluruhan perkembangan atau beberapa aspeknya, dan meninjau pengaruh faktor
endogen (bawaan) dan eksogen (lingkungan, khususnya kebudayaan) bagi
perkembangan seseorang. Di antara pendekatan yang digunakan dalam studi-studi
psikologi perkembangan adalah pendekatan proseksional, longitudinal, sekuensial,
dan kros budaya.
1. Pendekatan
cross-sectional
Menurut Hetherington dan Parke dalam desmita
(2012:61) mendefinisikan cross-sectional sebagai “a method of studying development of children in which the age to be
compared are represented by defferent groups of children”. Dengan demikian
dapat dipahami bahwa cross-sectional adalah suatu pendekatan yang dipergunakan
untuk melakukan penelitian terhadap beberapa kelompok anak dalam jangka waktu
yang relatif singkat. Dalam pendekatan ini penelitian dilakukan terhadap orang-orang
atau kelompok orang dari tingkat umur yang berbeda-beda. Suatu studi
cross-sectional yang umum dapat mencakup sekelompok anak berusia 5 tahun, 8
tahun, dan 11 tahun; Kelompok lain dapat mencakup kelompok anak remaja dan
orang dewasa berusia 15 tahun, 25 tahun, dan 45 tahun. Kelompok untuk yang
berbeda tersebut dapat dibandingkan dalam hal keberagaman variabel terikat,
seperti: IQ, memori, relasi teman sebaya, kedekatan dengan orang tua, perubahan
hormon, dll. Semua ini dapat dilakukan dalam waktu yang relatif singkat. Dengan
mengambil kelompok orang dari tingkat umur yang berbeda ini akhirnya dapat
ditemukan gambaran mengenai proses perkembangan satu atau beberapa aspek
kepribadian seseorang. Melalui pendekatan cross-sectional ini dapat diperoleh pengertian
yang lebih baik akan faktor yang khas/kurang khas bagi kelompok yang
diperbandingkan.
Keuntungan dari pendekatan cross-sectional adalah
bahwa para peneliti tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama untuk menunggu
individu bertumbuh. Adapun kelemahannya bahwa pendekatan ini tidak memberi
informasi tentang bagaimana individu berubah atau tentang stabilitas
karakteristiknya. Naik turunnya perkembangan dapat menjadi tidak jelas.
2. Metode
Longitudinal
Secara sederhana menurut Seiferet dan Hoffnung dalam
desmita (2012:61-62) mengartikan longitudinal sebagai “a study of the same subjects over a relatively long period, often
months or years”. Dengan demikian dapat dipahami bahwa yang dimaksud
pendekatan longitudinal adalah pendekatan dalam penelitian yang dilakukan
dengan cara menyelidiki anak dalam jangka waktu yang lama, misalnya mengikuti
perkembangan seseorang dari lahir sampai mati atau mengikuti perkembangan
seseoarang dalam jangka waktu tertentu, seperti selama masa kanak-kanak atau
selama masa remaja. Dengan pendekatan ini biasanya diteliti beberapa aspek
tingkah laku pada satu atau dua orang yang sama dalam waktu beberapa tahun.
Dengan begitu akan diperoleh gambaran aspek perkembangan secara menyeluruh.
Keuntungan Pendekatan longitudinal
yaitu :
a. Sample
lebih sedikit, sehingga memungkinkan untuk melakukan analisa terhadap
pertumbuhan dan perkembangan setiap individu.
b. Memungkinkan
mengetahui ganguan-ganguan dalam perkembanagn, baiak secara pribadi Maupun
dalam kelompok.
c. Memungkinkan
melakukan analisa terhadap hubungan antara proses pertumbuhan, baik aspek
kematangan maupun pengalaman, karena data yang diperoleh berasal dari anak
yanag sama.
d. Memberikan
kesempatan untuk menganalisa efek lingkungan terhadap perubahan tingkah laku
dan kepribadian.
Sedangkan kelemahan
pendekatan longitudinal yaitu :
a) Membbutuhkan
waktu yang lama dan biaya yang besar.
b) Memerlukan
banyak peneliti yang kemungkinan memiliki pengalaman yang berbeda-beda.
c) Kemungkinan
terjadinya gangguan dalam selang waktu penelitian yang sedang dilakukan,
misalnya bila orang pindah tempat atau meninggal.
3. Pendekatan
sekuensial
Untuk mempelajari perkembangan rentang
hidup,sejumlah pakar psikologi perkembangan juga menggunakan kombinasi dari
pendekatan kros-seksional dan pendekatan longitudinal. Kombinasi dari kedua
pendekatan tersebut dinamakan pendekatan sekuensial. Dalam banyak hal,
pendekatan ini mulai dengan study kros-seksional yang mencakup individu dari
usia yang berbeda. Berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah pengukuran awal, individu
yang sama diuji lagi (ini merupakan aspek longitudinal dari rancangan). Pada
waktu selanjutnya, sekelompok subjek baru diukur pada masing-masing tingkat
usia. Kelompok baru pada masing-masing
tingkat ditambahkan pada waktu berikutnya untuk mengontrol perubahan yang (gugur)
dari study, oengujian ulang mungkin telah meningkatkan kinerja mereka.
Meskipun pendekatan sekuensial itu kompleks, mahal, dan lama, namun benar-benar
memberikan informasi yang tidak mungkin diperoleh dengan pendekatan
kros-seksional atau pendekatan longitudinal. Pendekatan sekuensial sangat
berguna terutama dalam menguji pengaruh kohor (generasi) pada perkembangan
rentang hidup.
4. Pendekatan
cross-cultural
Menurut Matsumoto dalam Desmita (2012:64),
pendekatan cross-cultural adalah “ a viewpoint for understanding truth and
principles abaot human behavior across culturest “ sedangkan menurut
Eckensberger dalam Desmita (2012:64), pendekatan cross-cultural adalah “systematic comparison of psychological
measures obtained under diferent cultural conditions, in whicth cultural-the
oprasionilized culture consept of cultural anthopology-serve as the indepandent
variables.
Dari dua difinisi diatas dapat dipahami bahwa
pendekatan cross-cultural adalah suaru pendekatan dalam penelitian yang
mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan atau kebudayaan yang berpengaruh
terhadap perkembangan anak. Belakangan, pendekatan ini banyak digunakan untuk
mengetahui perbedaan-perbedaan atau persamaan-persamaan perkembangan anak pada
beberapa latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini adalah karena
dengan pendekatan ini akan diperoleh pengertian yang lebih mendalam tentang
proses perkembangan seseorang. Melalui pendekatan ini bisa dijelaskan
hipotesa-hipotesa yang ada melalui faktor-faktor yang diperoleh, misalnya tentang
besar kecilnya pengaruh dari faktor sosial, ekonomi, pola pengasuhan, dan gaya
hidup terhadap ciri kepribadian dan perkembangan-perkembangan kognitif.
Pendekatan ini dilakukan terhadap kelompok-kelompok
yang berbeda latar belakang kebudayaan, baik melalui percobaan, maupun tes
pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan pengumpulan data lainnya
untuk diolah dan dianalisa persamaan dan perbedaannya. Dengan pendekatan ini
suatu hipotesa mengenai tes, misalnya yang bebas-budaya (cultural-free) atau
norma-norma yang dianggap universal (misalnya kemampuan berbicara) dapat
dibuktikan kebenarannya. Demikian pula menegenai urutan-urutan dalam
perkembangan, pentahapan dalam perkembangan, apakah merupakan norma yang
universal atau berlaku pada suatu kelompok keturunan tertentu, dapat diselidiki
dengan pendidikan lintas budaya ini.
Dengan demikian pendekatan lintas-budaya (cross-cultural) mengenai urutan-urutan
dalam perkembanagan, pentahapan dalam perkembangan, apakah merupakan norma yang
universal atau berlaku pada suatu kelompok keturunan tertentu, dapat diselidiki
dengan latar belakang kebudayaan yang sangat berbeda.
B.
Metode-metode
Metode
yang Spesifik
Adalah
cara-cara khusus yang digunakan untuk mengetahui gejala perkembangan yang
sedang timbul. Diantara metode spesifik yang digunakan dalam penelitian
psikologi perkembangan adalah :
a) Metode
observasi adalah suatu cara yang dilakukan untuk
mengamati semua tingkah laku yang terlihat pada suatu jangka waktu tertentu
atau pada suatu tahapan perkembangan tertentu. Metode observasi ini dapat
ddibedakan atas dua, yaitu:
1.
Observasi
alami (Natural Observation)
Observasi
adalah pencatatan data mengenai tingkah laku yang terjadi sehari-hari secara
alamiah atau wajar. Jadi dalam observasi alami peneliti melakukan semua
pencatatan terhadap kehidupan anak tanpa mengubah suasana atau mengontrol dalam
situasi-situasi yang direncanakan. Misalnya observasi yang dilakukan terhadap
kehidupan anak dari jam sekian sampai jam sekian, apa saja yang dilakukan,
misalnya yang berhubungan dengan perkembangan tertentu dilihat dari aspek
kepribadiannya. Hal ini bisa dilakukan dimana saja, dirumah, dikebun, atau di
sekolah.
2.
Observasi
terkontrol (controlled observation)
Observasi
ini dilakukan bilamana lingkungan tempat anak berada diubah sedemikian rupa
sesuai dengan tujuan peneliti, sehingga bermacam-macam reaksi dan sikapnya
terhadap lingkungan pergaulannya, akan di observasi pada lingkungan sosial yang
sudah direncanakan. Demikian juga untuk mengetahui sebab-sebab seorang anak
yang agresif, ia dimasukan kedalam ruangan main yang sudah tersusun sedemikian
rupa misalnya ruangan yang ada bermacam-macam boneka atau mainan sehingga
reaksi-reaksi dan perubahan-perubahan yang akan diperlihatkan anak timbul
karena rangsangan-rangsangan khusus dari lingkungannya. Dengan demikian dalam
observasi terkontrol ini dilakukan manipulasi terhadap tingkah laku tertentu.
Observasi yang terkontrol ini bisa di lakukan terhadap sekelompok anak yang
sama umurnya atau sama jenis kelaminnya dan pada waktu tertentu.
Kedua
jenis observasi ini bisa dilakukan dengan alat-alat modern serta dengan
kuantifikasi secara statistik dan pengolahan-pengolahan dengan komputer. Jenis
observasi yang kedua dianggap lebih objektif dan hasilnya lebih akurat daripada
yang pertama. Karena itu observasi
terkontrol dapat dilakukan untuk tujuan-tujuan eksperimental dengan pendekatan
dan metode yang sesuai dengan lapangan psikologi eksperimental. Misalnya untuk
menyelidiki timbulnya fhobia anak-anak terhadap anjing dapat dilakukan dengan
observasi terkontrol dan dengan metode-metode yang ditinjau dari sudut
eksperimental, seperti dengan membagi sekelompok anak sebagai kelompok
pengontrol.
b)
Metode
Eksperimen
Adalah metode penelitian dalam psikologi
perkembangan dengan melakukan kegiatan-kegiatan percobaan pada anak. Penggunaan
metode eksperimen dalam penelitian terhadap anak-anak tidaklah mudah, karena
anak-anak sangat sugestibel, mudah dipengaruhi, bertingkah laku semaunya,
sering sulit diberi pengertian, dan sukar diketahui dengan jelas apa yang
dimaksudkan oleh anak itu. Ini menunjukan bahwa dalam penelitian psikologi
perkembangan, penggunaan metode eksperimen tidak bisa mengubah
lingkungan-lingkungan tertentu sebebas-bebasnya, sehingga merangsang timbulnya
reaksi-reaksi tertentu.
Untuk itu dalam suatu eksperimen pelu diperhatikan
variabel-variabel seteliti mungkin. Yaitu variabel-variabel bebas (Independent Variable) yang mempengaruhi
variabel terikat (Dependent Variable). Misalnya
penelitian pada sekelompok anak mengenai pengaruh kelompok bermain terhadap
perkembangan bahasa. Dalam hal ini harus diperhatikan dan dipertimbangkan semua
variabel bebas yang mungkin mempengaruhi perkembangan pendidikan orang tua dan
variabel-variabel lain yang mungkin mempengaruhi perkebangan bahasa anak, sebelum
dilakukan tes bahasa terhadap anak.
c)
Metode
Klinis
Adalah suatu metode penelitian yang khusus ditujukan
kepada anak-anak dengan cara mengamat-amati, mengajak bercakap-cakap dan tanya
jawab. Penggunaan metode klinis ini merupakan penggabungan eksperimen dan
observasi. Pelaksanaannya dilakukan dengan cara mengamat-amati atas
pertimbangan bahwa anak itu belum mampu mengungkapkan isi pikiran dan
perasaannya dengan bahasa yang lancar. Untuk memudahkan tanya jawab dalam
pelaksanaannya digunakan daftar pertanyaan yang memberi petunjuk kepada si
peneliti tentang apa saja yang harus diperhatikan.
Metode klinis ini bersumber psikiatri, yang
mengangap anak sebagai orang yang sakit. Dalam klinik-klinik khusus dengan
situasi dan kondisi khusus orang berusaha mengamati kemampuan anak-anak untuk
tujuan media atau tujuan pedagogis. Kemudian Jean Piaget menggunakan metode
klinis untuk meneliti cara berfikir dan perkembangan bahasa anak-anak.
d)
Metode
Tes
Adalah metode yang digunakan untuk mengadakan
pengukuran tertentu terhadap objeknya. Tes merupakan instrumen penelitian yang
penting dalam psikologi kontemporer, yang digunakan untuk mengukur segala jenis
kemampuan, minat, sikap, dan hasil kerja.
Dalam hal ini, para peneliti biasanya menggunakan
tes-tes psikologi yang sudah distandarisasi. Tes terstandar (Standardized Tests) memiliki dua ciri
penting. Pertama, para pakar
psikologi biasanya menjumlahkan semua skor individu untuk menghasikan satu
sekor tunggal, atau serangkaian skor, yang mencerminkan sesuatu tentang individu.
Kedua, para pakar psikologi
membandingkan skor individu dengan skor sejumlah besar kelompok yang sama untuk
menentukan bagaimana individu menjawab dalam kaitannya dengan orang lain.
Diantara tes terstandar dalam psikologi yang paling luas digunakan adalah Standfod-Binet Intellegent Test dan Minnesota Multiphasic Personality Inventory Menurut
Santrock dalam Desmita (2012:68).
Kesimpulan
Perkembangan
psikologi dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan tertentu yang muncul pada
diri manusia (binatang) diantara konsepsi (pembuahan) dan mati. Dimana dalam
makalah ini sedikit banyak akan dibahas mengenai teori-teori psikologi
perkembangan anak tersebut. Sehingga dengan dibahasnya teori-teori tersebut
dapat membantu orangtua atau guru dalam memahami tingkah laku dan mendidik
anak-anaknya.
Sehingga
ketika besok kita sudah menjadi guru atau orang tua tidak salah dalam mendidik
atau menanggapai tingkah laku anak didik atau anak kita sendiri. Karena banyak
kasus yang salah dalam pengambilan tindakan yang dilakukan guru atau orangtua
terhadap anak didiknya atau anaknya sendiri. Yaitu salah dalam hal memahami
keinginan atau tindakan “super” (anak berkebutuhan khusus) dari peserta didik
atau anak kita sendiri.
Sehingga
disuatu kesempatan kita tidak menghambat langkah dari anak-anak tersebut. Yaitu
ketika anak sudah pintar berlari kita malah baru mengajarinya berjalan, dan
ketika para anak-anak sudah dapat terbang kita sebagai guru atau orang tua
malah baru mengajarinya berlari.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita.
2012. Psikologi Perkembangan. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Hetherington,
E. Mavis dan Ross D. Parke. 1979. Child
Psychology : A
Contemporary
Viewpoint. New York:McGrew-Hill.
Matsumoto,
David. 2000. Culture and Psychology
People Around the Word.
USA:
Wadsworth Publishing Company.
Seifert,
K.L. dan Hoffnung, R.J. 1994. Child and
Adolescent Development.
Boston:
Hughton Mifflin Company.
Santrock,
Johm W. 1998. Child Development (8th ed).
Boston: Massachusetts,
dsb: McGraw Hill Companies.
,1995.
Life-Span Development (5th ed). Medison:Wm.C.Brown
dan
Bencmark, Inc
Email:Nhuynhuy1994@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar