Selasa, 11 November 2014

Resonansi Bunyi



PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP
KESEHATAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kebisingan merupakan bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat menggangu kesehatan dan kenyamanan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang bergetar. Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul udara sekitarnya sehingga molekul-molekul udara ikut bergetar. Getaran sumber ini menyebabkan terjadinya gelombang rambatan energi mekanis dalam medium udara menurut pola rambatan longitudinal. Rambatan gelombang diudara ini dikenal sebagai suara atau bunyi sedangkan dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan kenyamanan dan kesehatan.
Dalam buku Fisika jilid 1 edisi ketiga (1985:656) ada suatu jangkauan frekuensi yang besar di dalam mana dapat dihasilkan gelombang mekanis longitudinal. Dan gelombang bunyi adalah dibatasi oleh jangkauan frekuensi yang dapat merangsang telinga dan otak manusia kepada sensasi pendengaran. Jangkauan ini adalah dari kira-kira 20 siklus/detik (20Hz) sampai 20.000Hz dan di namakan jangkauan suara yang dapat didengar (audible range). Sebuah gelombang mekanis longitudinal yang frekuensinya berada di bawah jangkauan yang kedengarannya tersebut dinamakan sebuah gelombang infrasonik (Infrasinic wave), dan gelombang yang frekuensinya berada di atas jangkauan yang kedengaran dinamakan gelombang ultrasonik (Ultrasonic wave).
Kebisingan yang terjadi di sekitar kita akan mempengaruhi kesehatan kita terutama pada alat indra pendengaran yaitu telinga, apa saja pengaruhnya akan dijelaskan lebih lanjut pada bab berikutnya.
B.     Rumusan Masalah
  1. Bagaimana pengaruh Kebisingan pada kesehatan khususnya telinga?
  2. Gangguan apa saja yang dihasilkan dari kebisingan?
  3. Apa pengaruh/dampak dari kebisingan terhadap pendengaran?
  4. Bagaimana cara menanggulangi masalah tersebut?
C.    Tujuan
  1. Mengetahui pengaruh kebisingan dalam kehidupan sehari-hari
  2. Memahami ganguan apa saja yang dihasilkan dari kebisingan
  3. Mengetahui pengaruh kebisingan terhadap pendengaran
  4. Mengetahui, memahami cara menanggulangi kebisingan itu.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN BUNYI
Bunyi atau suara didefinisikan sebagai serangkaian gelombang yang Merambat dari sumber getar sebagai akibat perubahan kecepatan dan juga tekanan udara (Soeripto, 1994). Bunyi adalah rangsangan yang diterima oleh telinga karena getaran media elastis (Zulmiar Yanri, 1999). Frekuensi bunyi adalah jumlah gelombang bunyi lengkap yang diterima telinga setiap detik. Frekuensi bunyi yang bisa diterima telinga manusia terbatas mulai frekwensi 16 Herts sampai 20.000 Herts. Frekuensi bunyi yang terutama penting untuk komunikasi atau pembicaraan adalah sekitar 250-3.000 Herts. (Zulmiar Yanri, 1999).
Bunyi merambat melalui udara dengan kecepatan sekitar 340 m/detik, panjang gelombang bunyi adalah 340 m/frek sehingga makin tinggi frekwensi makin pendek gelombang bunyi tersebut (Zulmiar Yanri, 1999).
Tipe bunyi dapat dibedakan dalam 3 rentang frekuensi sebagai berikut : 1. Infra Sonic, bila suara dengan gelombang antara 0 - 16 Hz. Infra sonic tidak dapat didengar oleh telinga manusia dan biasanya ditimbulkan oleh getaran tanah dan bangunan. Frekuensi < 16 Hz akan mengakibatkan perasaan kurang nyaman, lesu dan kadang-kadang mengalami perubahan penglihatan.
2. Sonic, bila gelombang suara antara 16-20.000 Hz. Merupakan frekuensi yang dapat ditangkap oleh telinga manusia.
3. Ultra Sonic, bila gelombang > 20.000 Hz. Frekuensi diatas 20.000 Hz, sering digunakan dalam bidang kedokteran seperti untuk penghancuran batu ginjal, pembedahan katarak karena dengan frekuensi yang tinggi bunyi mempunyai daya tembus jaringan yang cukup besar sedangkan suara dengan frekuensi sebesar ini tidak dapat didengar oleh manusia.
Menurut Margaret F.Cracknell dalam Fisika jilid 1 (1985:656), gelombang bunyi adalah perubahan tekanan yang dapat dideteksi oleh telinga atau kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal yang merambat melalui medium, medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cair, padat, gas. Kebanyakan suara adalah merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi yang diukur dalam Hertz (Hz) dan Amplitude atau kenyaringan bunyi dengan pengukuran dalam desibel. Manusia mendengar bunyi saat gelombang bunyi, yaitu getaran udara atau medium lain, sampai ke gendang telinga manusia. Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira dari 20 Hz sampai 20 kHz pada amplitudo umum dengan berbagai variasi dalam kurva responya. Suara diatas 20 kHz disebut ultrasonic dan dibawah 20 Hz disebut infrasonik.
B.     PENGERTIAN KEBISINGAN
Kebisingan adalah salah satu faktor fisik berupa bunyi yang menimbulkan akibat buruk bagi kesehatan dan keselamatan kerja (Zulmiar Yanri, 1999). Menurut (Erna Prihartini, 2006) : gangguan pendengaran akibat terpapar suara bising atau disebut dengan NIHL (Noise Induced Hearing Loss) merupakan salah satu penyakit akibat kerja yang paling banyak dijumpai di perusahaan, tetapi penyakit ini  bisa cepat dapat diketahui. Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul udara sekitarnya sehingga molekul-molekul udara ikut bergetar. Getaran sumber ini menyebabkan terjadinya gelombang rambatan energi mekanis dalam medium udara menurut pola rambatan longitudinal. Rambatan gelombang di udara ini dikenal sebagai suara atau bunyi sedangkan dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan kenyamanan dan kesehatan.
Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan manusia (Sasongko, dkk, 2000). Definisi lain adalah bunyi yang didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis manakala bunyi-bunyi tersebut tidak diinginkan (Suma’mur , 1996). Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan (Kepmenkes RI No.261/MENKES/SK/11/1998). Kebisingan adalah suara-suara yang tidak dikehendaki bagi manusia ( Priatna dan Utomo, 2002). Kualitas suatu bunyi ditentukan oleh frekuensi dan intensitasnya (Suma’mur,1996). Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik/Hertz (Hz). Suatu kebisingan terdiri dari campuran sejumlah gelombang-gelombang sederhana dari beraneka frekuensi. Intensitas atau arus energi per satuan luas yang dinyatakan dalam desibel (dB) dengan memperbandingkannya dengan kekuatan dasar 0,0002 dyne/cm2 yaitu kekuatan dari bunyi dengan frekuensi 1000 Hz yang tepat di dengar oleh telinga manusia telinga manusia mampu mendengar frekuensi-frekuensi diantara 16-20.000Hz.
Skala desibel adalah skala logaritmik. Maka dari itu, nilai ini tidak dapat ditambah atau dikurangi perhitungannya. Dalam penggabungan lebih dari dua tingkat esibel, dua tingkat yang paling tinggi harus digabungkan dulu. Total hasil harus digabungkan dengan sisa tingkat yang paling tinggi dan cara dilanjutkan ke penyelesaian. Penting untuk kita sadari bahwa suara- suara dari tekanan suara yang sama mungkin bukan suara dengan kekerasan yang sama. Pada tekanan mendekati 100 desibel, frekuensi antara 20 dan 1000 putaran per sekon suara dengan kekerasan yang sama. Pada tingkat tekanan suara yang paling rendah, frekuensi suara terendah tidak kelihatan sama kerasnya dengan 1000 putaran persekon nada.
C.    NILAI AMBANG BATAS (NAB)
Nilai ambang batas adalah standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu (KEPMENAKER No.Kep-51 MEN/1999). NAB kebisingan di tempat kerja adalah intensitas suara tertinggi yang merupakan nilai rata-rata, yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang menetap untuk waktu kerja terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu (Budiono, dkk, 2003). Nilai ambang batas  yang diperbolehkan untuk kebisingan ialah 85 dBA, selama waktu pemaparan 8 jam berturut-turut. Berikut adalah pedoman pemaparan terhadap kebisingan (NAB Kebisingan) berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja.

D.    PENGARUH DAN AKIBAT DARI KEBISINGAN
Sumber bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak. Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri, perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut dan kegiatan rumah tangga. Di Industri, sumber kebisingan dapat di klasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu
  1. Mesin Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin.
  2. Vibrasi Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat gesekan, benturan atau ketidakseimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain.
  3. Pergerakan udara, gas dan cairan. Kebisingan ini ditimbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet, flare boom, dan lain-lain.
Bising merupakan suara atau bunyi yang mengganggu. Bising dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian. Ada yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan Auditory, misalnya gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non Auditory seperti gangguan komunikasi, ancaman bahaya keselamatan, menurunya performan kerja, stres dan kelelahan.
Lebih rinci dampak kebisingan terhadap kesehatan pekerja dijelaskan sebagai berikut:
  1. Gangguan Fisiologis
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris. Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga dalam yang akan menimbulkan efek pusing/vertigo. Perasaan mual, susah tidur dan sesak nafas disebabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit. 
  1. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain-lain.
  1. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect  (bunyi yang menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan seseorang.
  1. Gangguan Keseimbangan
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual.
  1. Efek pada pendengaran
Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan diterima secara umum dari zaman dulu. Mula-mula efek bising pada pendengaran adalah sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja terus-menerus di area bising maka akan terjadi tuli menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk percakapan.
Macam-macam gangguan pendengaran (ketulian), dapat dibagi atas :
1.      Tuli sementara (Temporaryt Treshold Shift =TTS)
Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi. Seseorang akan mengalamipenurunan daya dengar yang sifatnya sementara dan biasanya waktu pemaparan terlalu singkat. Apabila tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup, daya dengarnya akan pulih kembali.
2.       Tuli Menetap (Permanent Treshold Shift =PTS)
Diakibatkan waktu paparan yang lama (kronis), besarnya PTS di pengaruhi faktor-faktor sebagai berikut :Tingginya level suara, Lama paparan, Spektrum suara, Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka kemungkinan terjadi TTS akan lebih besar, Kepekaan individuf. Pengaruh obat-obatan, beberapa obat-obatan dapat memperberat (pengaruh synergistik) ketulian apabila diberikan bersamaan dengan kontak suara, misalnya quinine, aspirin, dan beberapa obatlainnyag. Keadaan Kesehatan
3.      Trauma AkustikTrauma akustik
adalah setiap perlukaan yamg merusak sebagian atau seluruh alat pendengaranyang disebabkan oleh pengaruh pajanan tunggal atau beberapa pajanan dari bising dengan intensitas yang sangat tinggi, ledakan-ledakan atau suara yang sangat keras, seperti suara ledakanmeriam yang dapat memecahkan gendang telinga, merusakkan tulang pendengaran atau saraf sensoris pendengaran.
4.      Prebycusis
Penurunan daya dengar sebagai akibat pertambahan usia merupakan gejala yang dialami hampir semua orang dan dikenal dengan prebycusis (menurunnya daya dengar pada nada tinggi). Gejala iniharus diperhitungkan jika menilai penurunan daya dengar akibat pajanan bising ditempat kerja.
5.      Tinitus
plot suara referensi ini dengan tingkat-tingkat yang bisa terdengar dari kenyaringan yang sama padaberbagai frekuensi.
Meskipun pengaruh suara banyak kaitannya dengan faktor-faktor psikologis dan emosional, ada kasus-kasus dimana akibat-akibat serius seperti kehilangan pendengaran terjadi karena tingginya tingkat kenyaringan suara pada tingkat tekanan suara berbobot A dan karena lamanya telinga terpajang terhadap kebisingan itu.
Berikut jenis akibat dari kebisingan: Tipe uraian akibat lahiriah kehilangan pendengaran. Perubahan ambang batas sementara, akibat kebisingan. Perubahan ambang batas permanen akibat kebisingan, akibat fisiologis rasa tidak nyaman atau stress meningkat, tekanan darah meningkat, sakit kepala, bunyi dering akibat psikologi gangguan emosional kejengkelan, kebingungan gaya hidup, gangguan tidur atau istirahat, hilang konsentrasi waktu kerja,dan sebagainya.
Unsur Suara
Apabila bel dibunyikan, seseorang menangkap ‘nyaring tinggi’ dan ‘nada’ suara yang dipancarkan. Ini merupakan suatu tolak ukur yang menyatakan mutu sensorial dari suara dan dikenal sebagai ‘tiga unsur suara’. Ukuran fisik ‘kenyaringan’, ada amplitudo dan tingkat tekanan suara. Untuk ‘tinggi’ suara adalah frekuensi dan ‘nada’ adalah sejumlah besar ukuran fisik. Kecenderungan saat ini adalah menggabungkan segala yang merupakan sifat dari suara, termasuk tingginya, nyaringnya dan distribusi spectral sebagai ‘nada’.

E.     FREKUENSI DAN PANJANG GELOMBANG
Suatu gelombang suara memancar dengan kecepatan suara dengan gerakan seperti gelombang. Jarak antara dua titik geografis (yaitu dua titik di antara mana tekanan suara maksimum dari suatu suaramurni dihasilkan) yang dipisahkan hanya oleh satu periode dan yang menunjukkan tekanan suara yang sama dinamakan ‘gelombang suara’, yang dinyatakan sebagai l (m). Apabila tekanan suara pada titik sembarangan berubah secara periodik, jumlah berapa kali di mana naik-turunnya periodik ini berulang dalam satu detik dinamakan ‘frekuensi’,yang dinyatakan sebagai f(Hz/Hertz). Suara-suara berfrekuensi tinggi adalah suara tinggi, dan yang ber-frekuensi rendah adalah suara rendah. Hubungan antara kecepatan suara c (m/s), gelombang l dan frekuensi f dinyatakan sebagai berikut :
C = f x l
Panjang gelombang dari suara yang dapat didengar adalah beberapa sentimeter dan sekitar 20m. Kebanyakan dari objek di lingkungan kita ada dalam lingkup ini. Mutu suara dipengaruhi oleh kasarnya permukaan-permukaan yang memantulkan suara, tingginya pagar-pagar dan faktor-faktor lainnya, akan berbeda sebagai perbandingan dari panjang gelombang terhadap dimensi objek. Dari gambar garis bentuk kenyaringan dari tes (hearing) psikiatris ini bahwa batas perbedaan suara yang bisa terdengar oleh rata-rata orang adalah 20-20.000Hz tetapi bisa terdengarnya tergantung pada frekuensi. Kurva menggunakan 1000Hz dan 40dB sebagai referensi untuk suara murni dan memplot suara referensi ini dengan tingkat-tingkat yang bisa terdengar dari kenyaringan yang sama padaberbagai frekuensi.
F.      PENGENDALIAN KEBISINGAN
Pengendalian kebisingan di  lingkungan kerja dapat dilakukan upaya-upaya sebagai berikut ( Budiono, dkk, 2003):
  1. Survai dan analisis kebisingan
Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi lingkungan kerja apakah tingkat kebisingan telah melampaui NAB, bagaimana pola kebisingan di tempat kerja serta mengevaluasi keluhan yang dirasakan oleh masyarakat sekitar. Perlu dilakukan analisis   intensitas dan frekuensi suara, sifat, jenis kebisingan, terus-menerus atau berubah dan sebagainya. Berdasarkan hasil survei dan analisis ini, ditentukan apakah program perlindungan ini perlu segera dilaksanakan atau tidak diperusahaan tersebut.
  1. Teknologi Pengendalian
Dalam hal ini dilakukan upaya menentukan tingkat suara yang dikehendaki,menghitung reduksi kebisingan dan sekaligus mengupayakan penerapan teknisnya. Teknologi pengendalian yang ditujukan pada sumber suara dan media perambatnya dilakukan dengan mengubah cara kerja, dari yang menimbulkan bising menjadi berkurang suara yang menimbulkan bisingnya; menggunakan penyekat dinding dan langit-langit yang kedap suara, mengisolasi mesin-mesin yang menjadi sumber kebisingan; substitusi mesin yang bising dengan mesin yang kurang bising, menggunakan pondasi mesin yang baik agar tidak ada sambungan yang goyang dan mengganti bagian-bagian logam dengan karet, modifikasi mesin atau proses, merawat mesin dan alat secara teratur dan periodik (Budiono, dkk, 2003).
  1. Pengendalian secara administratif
Pengendalian secara administratif dapat dilakukan dengan adanya pengadaan ruang kontrol pada bagian tertentu dan pengaturan jam kerja, disesuaikan dengan NAB yang ada.

  1. Penggunaan Alat Pelindung Diri.
Untuk menghindari kebisingan digunakan alat pelindung telinga. Alat pelindung telinga berguna untuk mengurangi intensitas suara yang masuk ke dalam telinga. Ada dua jenis alat pelindung telinga, yaitu sumbat telinga atau ear plug dan tutup telinga atau ear muff ( Budiono, dkk, 2003).
  1. Pemeriksaan Audiometri
Dilakukan pada saat awal masuk kerja secara periodik, secara khusus dan pada akhir masa kerja (Budiono, dkk 2003), pemeriksaan berkala audiometri pada pekerja yang terpapar (Priatna dan Utomo, 2002) merupakan suara yang tidak diinginkan, sejauh mungkin dikurangi atau dihilangkan. Pemerintah telah menetapkan nilai ambang kebisingan sebesar 85 dB(A) untuk lingkungan kerja yaitu iklim kerja yang oleh tenaga kerja masih dapat dihadapi dalam pekerjaannya sehari-hari tidak mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan untuk waktu kerja terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40jam seminggu. Waldron (1989) menyatakan bahwa kebisingan dapat dikontrol melalui :
a. Pengendalian pada sumber kebisingan
b. Meningkatkan jarak antara sumber kebisingan
c. Mengurangi waktu paparan kebisingan
d. Menempatkan barrier antara sumber dan pekerja yang terpapar
e. Pemakaian alat pelindung telinga (earmuff, ear plug)











BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Bunyi atau suara merupakan serangkaian gelombang yang merambat dari sumber getar sebagai akibat perubahan kecepatan dan juga tekanan udara (Soeripto, 1994). Suara yang terjadi di jalan-jalan besar atau pabrik dan lainnya menimbulkan kebisingan. Kebisingan adalah salah satu faktor fisik berupa bunyi yang menimbulkan akibat buruk bagi kesehatan dan keselamatan kerja (Zulmiar Yanri). Frekuensi bunyi yang bisa diterima telinga manusia terbatas mulai frekwensi 16 Herts sampai 20.000 Herts. Frekuensi bunyi yang terutama penting untuk komunikasi atau pembicaraan adalah sekitar 250-3.000 Herts. (Zulmiar Yanri, 1999).
Dimana suara yang melebihi batas dari pendengaran manusia bisa menyeebabkan beberapa gangguan misalnya : gangguan Fisiologis, psikologis, keseimbangan, komunikasi, dan efek pendengaran, rasa tidak nyaman atau stress meningkat, tekanan darah meningkat, sakit kepala, bunyi dering akibat psikologi gangguan emosional kejengkelan, kebingungan gaya hidup, gangguan tidur atau istirahat, hilang konsentrasi waktu kerja,dan sebagainya.
Sehingga perlu adanya upaya untuk menanggulangi kebisingan tersebut misalnya dengan: Pengendalian pada sumber kebisingan, Meningkatkan jarak antara sumber kebisingan, Mengurangi waktu paparan kebisingan, Menempatkan barrier antara sumber dan pekerja yang terpapar, Pemakaian alat pelindung telinga (earmuff, ear plug). Jika tidak diperhatikan dengan benar bisa menyebabkan ketulian.
SARAN
Diusahakan untuk yang suka mendengarkan musik, agar tidak terlalu keras saat mendengarkannya karena bisa menggangu pendengaran.








DAFTAR PUSTAKA
Cracknell,M.F dan Arthur P.Cracknell. 1976. Pemakaian Ultrasonik.
          Januari:Contemporary Physics.
Depkes RI, 1994. Pedoman Praktis Memantau Status Gizi Orang Dewasa.
          Jakarta.
Erna Prihartini, 2006. Pengaruh Faktor Umur dan Masa Kerja Terhadap Ambang
          Dengar Tenaga Kerja Terpapar Kebisingan di PT. Sarasa Nugraha, Tbk
          Kemiri Kebakkramat Karanganyar. Surakarta: Program DIII Hiperkes dan
          Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 
Resnick,Robert. 1985. Fisika Jilid 1 Edisiketiga. Jakarta:Erlangga.
Soeripto, 1994. Penelitian Pembuatan Sumbat Telinga. Majalah Hiperkes dan
          Keselamatan Kerja Volume XXVIII No. 3. Jakarta : Pusat Hiperkes.
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
          CV Alfabeta.
Suma`mur, 1996. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: CV.
          Gunung Agung.
Zulmiar Yanri, 1999. Pengendalian Bahaya Kebisingan di Tempat Kerja.
          Jakarta: Seminar Sehari Manajemen K3 6 Januari 1999.
Academia.edu. “Efek Kebisingan”. http://www.academia.edu/4261932/EFEK_KEBISINGAN. Selasa,27 Oktober 2014 jam 14:35
. Selasa, 27 Oktober 2014 jam 19:06

Tidak ada komentar:

Posting Komentar