PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP
KESEHATAN
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kebisingan
merupakan bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat menggangu kesehatan
dan kenyamanan kenyamanan
lingkungan yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Bunyi
yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang bergetar. Getaran
sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul udara sekitarnya sehingga
molekul-molekul udara ikut bergetar. Getaran sumber ini menyebabkan terjadinya
gelombang rambatan energi mekanis dalam medium udara menurut pola rambatan
longitudinal. Rambatan gelombang diudara ini dikenal sebagai suara atau bunyi
sedangkan dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan kenyamanan
dan kesehatan.
Dalam
buku Fisika jilid 1 edisi ketiga (1985:656) ada suatu jangkauan frekuensi yang
besar di dalam mana dapat dihasilkan gelombang mekanis longitudinal. Dan
gelombang bunyi adalah dibatasi oleh jangkauan frekuensi yang dapat merangsang
telinga dan otak manusia kepada sensasi pendengaran. Jangkauan ini adalah dari
kira-kira 20 siklus/detik (20Hz) sampai 20.000Hz dan di namakan jangkauan suara
yang dapat didengar (audible range).
Sebuah gelombang mekanis longitudinal yang frekuensinya berada di bawah
jangkauan yang kedengarannya tersebut dinamakan sebuah gelombang infrasonik (Infrasinic wave), dan gelombang yang
frekuensinya berada di atas jangkauan yang kedengaran dinamakan gelombang
ultrasonik (Ultrasonic wave).
Kebisingan
yang terjadi di sekitar kita akan mempengaruhi kesehatan kita terutama pada
alat indra pendengaran yaitu telinga, apa saja pengaruhnya akan dijelaskan
lebih lanjut pada bab berikutnya.
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana pengaruh Kebisingan pada kesehatan khususnya telinga?
- Gangguan apa saja yang dihasilkan dari kebisingan?
- Apa pengaruh/dampak dari kebisingan terhadap pendengaran?
- Bagaimana cara menanggulangi masalah tersebut?
C. Tujuan
- Mengetahui pengaruh kebisingan dalam kehidupan sehari-hari
- Memahami ganguan apa saja yang dihasilkan dari kebisingan
- Mengetahui pengaruh kebisingan terhadap pendengaran
- Mengetahui, memahami cara menanggulangi kebisingan itu.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN BUNYI
Bunyi
atau suara didefinisikan sebagai serangkaian gelombang yang Merambat dari
sumber getar sebagai akibat perubahan kecepatan dan juga tekanan udara
(Soeripto, 1994). Bunyi adalah rangsangan yang diterima oleh telinga karena
getaran media elastis (Zulmiar Yanri, 1999). Frekuensi bunyi adalah jumlah
gelombang bunyi lengkap yang diterima telinga setiap detik. Frekuensi bunyi
yang bisa diterima telinga manusia terbatas mulai frekwensi 16 Herts sampai
20.000 Herts. Frekuensi bunyi yang terutama penting untuk komunikasi atau
pembicaraan adalah sekitar 250-3.000 Herts. (Zulmiar Yanri, 1999).
Bunyi
merambat melalui udara dengan kecepatan sekitar 340 m/detik, panjang gelombang
bunyi adalah 340 m/frek sehingga makin tinggi frekwensi makin pendek gelombang bunyi
tersebut (Zulmiar Yanri, 1999).
Tipe
bunyi dapat dibedakan dalam 3 rentang frekuensi sebagai berikut : 1. Infra Sonic, bila suara dengan
gelombang antara 0 - 16 Hz. Infra sonic tidak dapat didengar oleh telinga
manusia dan biasanya ditimbulkan oleh getaran tanah dan bangunan. Frekuensi
< 16 Hz akan mengakibatkan perasaan kurang nyaman, lesu dan kadang-kadang
mengalami perubahan penglihatan.
2.
Sonic, bila gelombang suara antara
16-20.000 Hz. Merupakan frekuensi yang dapat ditangkap oleh telinga manusia.
3.
Ultra Sonic, bila gelombang >
20.000 Hz. Frekuensi diatas 20.000 Hz, sering digunakan dalam bidang kedokteran
seperti untuk penghancuran batu ginjal, pembedahan katarak karena dengan
frekuensi yang tinggi bunyi mempunyai daya tembus jaringan yang cukup besar
sedangkan suara dengan frekuensi sebesar ini tidak dapat didengar oleh manusia.
Menurut
Margaret F.Cracknell dalam Fisika jilid 1 (1985:656), gelombang bunyi adalah
perubahan tekanan yang dapat dideteksi oleh telinga atau kompresi mekanikal
atau gelombang longitudinal yang merambat melalui medium, medium atau zat
perantara ini dapat berupa zat cair, padat, gas. Kebanyakan suara adalah
merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat
dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi yang diukur dalam Hertz (Hz)
dan Amplitude atau kenyaringan bunyi dengan pengukuran dalam desibel. Manusia
mendengar bunyi saat gelombang bunyi, yaitu getaran udara atau medium lain,
sampai ke gendang telinga manusia. Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar
oleh telinga manusia kira-kira dari 20 Hz sampai 20 kHz pada amplitudo umum
dengan berbagai variasi dalam kurva responya. Suara diatas 20 kHz disebut
ultrasonic dan dibawah 20 Hz disebut infrasonik.
B.
PENGERTIAN
KEBISINGAN
Kebisingan adalah salah satu faktor fisik
berupa bunyi yang menimbulkan akibat buruk bagi kesehatan dan keselamatan kerja
(Zulmiar Yanri, 1999). Menurut (Erna Prihartini, 2006) : gangguan pendengaran
akibat terpapar suara bising atau disebut dengan NIHL (Noise Induced Hearing
Loss) merupakan salah satu penyakit akibat kerja yang paling banyak
dijumpai di perusahaan, tetapi penyakit ini
bisa cepat dapat diketahui. Getaran
sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul udara sekitarnya sehingga
molekul-molekul udara ikut bergetar. Getaran sumber ini menyebabkan terjadinya
gelombang rambatan energi mekanis dalam medium udara menurut pola rambatan
longitudinal. Rambatan gelombang di udara ini dikenal sebagai suara atau bunyi
sedangkan dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan kenyamanan
dan kesehatan.
Kebisingan adalah bunyi yang tidak
dikehendaki karena tidak sesuai dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat
menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan manusia (Sasongko, dkk,
2000). Definisi lain adalah bunyi yang didengar sebagai rangsangan-rangsangan
pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis manakala bunyi-bunyi
tersebut tidak diinginkan (Suma’mur , 1996). Kebisingan adalah terjadinya bunyi
yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan
(Kepmenkes RI No.261/MENKES/SK/11/1998). Kebisingan adalah suara-suara yang
tidak dikehendaki bagi manusia ( Priatna dan Utomo, 2002). Kualitas suatu bunyi
ditentukan oleh frekuensi dan intensitasnya (Suma’mur,1996). Frekuensi
dinyatakan dalam jumlah getaran per detik/Hertz (Hz). Suatu kebisingan terdiri
dari campuran sejumlah gelombang-gelombang sederhana dari beraneka frekuensi.
Intensitas atau arus energi per satuan luas yang dinyatakan dalam desibel (dB)
dengan memperbandingkannya dengan kekuatan dasar 0,0002 dyne/cm2 yaitu kekuatan
dari bunyi dengan frekuensi 1000 Hz yang tepat di dengar oleh telinga manusia
telinga manusia mampu mendengar frekuensi-frekuensi diantara 16-20.000Hz.
Skala desibel adalah skala logaritmik.
Maka dari itu, nilai ini tidak dapat ditambah atau dikurangi perhitungannya.
Dalam penggabungan lebih dari dua tingkat esibel, dua tingkat yang paling
tinggi harus digabungkan dulu. Total hasil harus digabungkan dengan sisa
tingkat yang paling tinggi dan cara dilanjutkan ke penyelesaian. Penting untuk
kita sadari bahwa suara- suara dari tekanan suara yang sama mungkin bukan suara
dengan kekerasan yang sama. Pada tekanan mendekati 100 desibel, frekuensi
antara 20 dan 1000 putaran per sekon suara dengan kekerasan yang sama. Pada
tingkat tekanan suara yang paling rendah, frekuensi suara terendah tidak
kelihatan sama kerasnya dengan 1000 putaran persekon nada.
C. NILAI AMBANG BATAS (NAB)
Nilai
ambang batas adalah standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga
kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari
untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu (KEPMENAKER
No.Kep-51 MEN/1999). NAB kebisingan di tempat kerja adalah intensitas suara
tertinggi yang merupakan nilai rata-rata, yang masih dapat diterima tenaga
kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang menetap untuk waktu kerja
terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu (Budiono, dkk,
2003). Nilai ambang batas yang diperbolehkan
untuk kebisingan ialah 85 dBA, selama waktu pemaparan 8 jam berturut-turut.
Berikut adalah pedoman pemaparan terhadap kebisingan (NAB Kebisingan)
berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-51/MEN/1999 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja.
D. PENGARUH DAN AKIBAT DARI KEBISINGAN
Sumber
bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu pendengaran
baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak. Umumnya sumber kebisingan
dapat berasal dari kegiatan industri, perdagangan, pembangunan, alat pembangkit
tenaga, alat pengangkut dan kegiatan rumah tangga. Di Industri, sumber
kebisingan dapat di klasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu
- Mesin Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin.
- Vibrasi Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat gesekan, benturan atau ketidakseimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain.
- Pergerakan udara, gas dan cairan. Kebisingan ini ditimbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet, flare boom, dan lain-lain.
Bising
merupakan suara atau bunyi yang mengganggu. Bising dapat menyebabkan berbagai gangguan
seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan
ketulian. Ada yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan Auditory, misalnya
gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non Auditory seperti gangguan
komunikasi, ancaman bahaya keselamatan, menurunya performan kerja, stres dan
kelelahan.
Lebih
rinci dampak kebisingan terhadap kesehatan pekerja dijelaskan sebagai berikut:
- Gangguan Fisiologis
Pada
umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus
atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah
(± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada
tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris. Bising
dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini
disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam
telinga dalam yang akan menimbulkan efek pusing/vertigo. Perasaan mual, susah
tidur dan sesak nafas disebabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf,
keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan
keseimbangan elektrolit.
- Gangguan Psikologis
Gangguan
psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan
cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan
penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan
lain-lain.
- Gangguan Komunikasi
Gangguan
komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi
pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi
pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan
terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena
tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak
langsung membahayakan keselamatan seseorang.
- Gangguan Keseimbangan
Bising
yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau
melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo)
atau mual-mual.
- Efek pada pendengaran
Pengaruh
utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera pendengaran, yang
menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan diterima secara
umum dari zaman dulu. Mula-mula efek bising pada pendengaran adalah sementara
dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan.
Akan tetapi apabila bekerja terus-menerus di area bising maka akan terjadi tuli
menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz
dan kemudian makin meluas kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi
yang biasanya digunakan untuk percakapan.
Macam-macam
gangguan pendengaran (ketulian),
dapat dibagi atas :
1.
Tuli sementara (Temporaryt Treshold
Shift =TTS)
Diakibatkan
pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi. Seseorang akan
mengalamipenurunan daya dengar yang sifatnya sementara dan biasanya waktu
pemaparan terlalu singkat. Apabila tenaga kerja diberikan waktu istirahat
secara cukup, daya dengarnya akan pulih kembali.
2.
Tuli Menetap (Permanent Treshold Shift =PTS)
Diakibatkan
waktu paparan yang lama (kronis), besarnya PTS di pengaruhi faktor-faktor
sebagai berikut :Tingginya level suara, Lama paparan, Spektrum suara, Temporal
pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka kemungkinan terjadi TTS akan lebih
besar, Kepekaan individuf. Pengaruh obat-obatan, beberapa obat-obatan dapat
memperberat (pengaruh synergistik) ketulian apabila diberikan bersamaan dengan
kontak suara, misalnya quinine, aspirin, dan beberapa obatlainnyag. Keadaan
Kesehatan
3.
Trauma AkustikTrauma akustik
adalah
setiap perlukaan yamg merusak sebagian atau seluruh alat pendengaranyang
disebabkan oleh pengaruh pajanan tunggal atau beberapa pajanan dari bising
dengan intensitas yang sangat tinggi, ledakan-ledakan atau suara yang sangat
keras, seperti suara ledakanmeriam yang dapat memecahkan gendang telinga,
merusakkan tulang pendengaran atau saraf sensoris pendengaran.
4.
Prebycusis
Penurunan
daya dengar sebagai akibat pertambahan usia merupakan gejala yang dialami hampir semua
orang dan dikenal dengan prebycusis (menurunnya daya dengar pada nada
tinggi). Gejala iniharus diperhitungkan jika menilai penurunan daya dengar
akibat pajanan bising ditempat kerja.
5.
Tinitus
plot
suara referensi ini dengan tingkat-tingkat yang bisa terdengar dari kenyaringan
yang sama padaberbagai frekuensi.
Meskipun
pengaruh suara banyak kaitannya dengan faktor-faktor psikologis dan emosional,
ada kasus-kasus dimana akibat-akibat serius seperti kehilangan pendengaran
terjadi karena tingginya tingkat kenyaringan suara pada tingkat tekanan suara
berbobot A dan karena lamanya telinga terpajang terhadap kebisingan itu.
Berikut
jenis akibat dari kebisingan: Tipe uraian akibat lahiriah kehilangan
pendengaran. Perubahan ambang batas sementara, akibat kebisingan. Perubahan
ambang batas permanen akibat kebisingan, akibat fisiologis rasa tidak nyaman
atau stress meningkat, tekanan darah meningkat, sakit kepala, bunyi dering
akibat psikologi gangguan emosional kejengkelan, kebingungan gaya hidup,
gangguan tidur atau istirahat, hilang konsentrasi waktu kerja,dan sebagainya.
Unsur
Suara
Apabila bel dibunyikan, seseorang menangkap ‘nyaring
tinggi’ dan ‘nada’ suara yang dipancarkan. Ini merupakan suatu tolak ukur yang
menyatakan mutu sensorial dari suara dan dikenal sebagai ‘tiga
unsur suara’. Ukuran fisik ‘kenyaringan’, ada amplitudo dan tingkat
tekanan suara. Untuk ‘tinggi’ suara adalah frekuensi dan ‘nada’ adalah sejumlah
besar ukuran fisik. Kecenderungan saat ini adalah menggabungkan segala yang
merupakan sifat dari suara, termasuk tingginya, nyaringnya dan distribusi
spectral sebagai ‘nada’.
E. FREKUENSI DAN PANJANG GELOMBANG
Suatu
gelombang suara memancar dengan kecepatan suara dengan gerakan seperti
gelombang. Jarak antara dua titik geografis (yaitu dua titik di antara mana
tekanan suara maksimum dari suatu suaramurni dihasilkan) yang dipisahkan hanya
oleh satu periode dan yang menunjukkan tekanan suara yang sama dinamakan
‘gelombang suara’, yang dinyatakan sebagai l (m). Apabila tekanan suara pada
titik sembarangan berubah secara periodik, jumlah berapa kali di mana
naik-turunnya periodik ini berulang dalam satu detik dinamakan ‘frekuensi’,yang
dinyatakan sebagai f(Hz/Hertz). Suara-suara berfrekuensi tinggi adalah suara
tinggi, dan yang ber-frekuensi rendah adalah suara rendah. Hubungan antara
kecepatan suara c (m/s), gelombang l dan frekuensi f dinyatakan sebagai berikut
:
C
= f x l
Panjang
gelombang dari suara yang dapat didengar adalah beberapa sentimeter dan sekitar
20m. Kebanyakan dari objek di lingkungan kita ada dalam lingkup ini. Mutu suara
dipengaruhi oleh kasarnya permukaan-permukaan yang memantulkan suara, tingginya
pagar-pagar dan faktor-faktor lainnya, akan berbeda sebagai perbandingan dari
panjang gelombang terhadap dimensi objek. Dari gambar garis bentuk kenyaringan
dari tes (hearing) psikiatris ini bahwa batas perbedaan suara yang bisa
terdengar oleh rata-rata orang adalah 20-20.000Hz tetapi bisa terdengarnya
tergantung pada frekuensi. Kurva menggunakan 1000Hz dan 40dB sebagai referensi
untuk suara murni dan memplot suara referensi ini dengan tingkat-tingkat yang
bisa terdengar dari kenyaringan yang sama padaberbagai frekuensi.
F. PENGENDALIAN KEBISINGAN
Pengendalian
kebisingan di lingkungan kerja dapat
dilakukan upaya-upaya sebagai berikut ( Budiono, dkk, 2003):
- Survai dan analisis kebisingan
Kegiatan
ini dilakukan untuk mengetahui kondisi lingkungan kerja apakah tingkat
kebisingan telah melampaui NAB, bagaimana pola kebisingan di tempat kerja serta
mengevaluasi keluhan yang dirasakan oleh masyarakat sekitar. Perlu dilakukan
analisis intensitas dan frekuensi
suara, sifat, jenis kebisingan, terus-menerus atau berubah dan sebagainya.
Berdasarkan hasil survei dan analisis ini, ditentukan apakah program
perlindungan ini perlu segera dilaksanakan atau tidak diperusahaan tersebut.
- Teknologi Pengendalian
Dalam
hal ini dilakukan upaya menentukan tingkat suara yang dikehendaki,menghitung
reduksi kebisingan dan sekaligus mengupayakan penerapan teknisnya. Teknologi
pengendalian yang ditujukan pada sumber suara dan media perambatnya dilakukan
dengan mengubah cara kerja, dari yang menimbulkan bising menjadi berkurang
suara yang menimbulkan bisingnya; menggunakan penyekat dinding dan
langit-langit yang kedap suara, mengisolasi mesin-mesin yang menjadi sumber
kebisingan; substitusi mesin yang bising dengan mesin yang kurang bising, menggunakan
pondasi mesin yang baik agar tidak ada sambungan yang goyang dan mengganti
bagian-bagian logam dengan karet, modifikasi mesin atau proses, merawat mesin dan
alat secara teratur dan periodik (Budiono, dkk, 2003).
- Pengendalian secara administratif
Pengendalian
secara administratif dapat dilakukan dengan adanya pengadaan ruang kontrol pada
bagian tertentu dan pengaturan jam kerja, disesuaikan dengan NAB yang ada.
- Penggunaan Alat Pelindung Diri.
Untuk
menghindari kebisingan digunakan alat pelindung telinga. Alat pelindung telinga
berguna untuk mengurangi intensitas suara yang masuk ke dalam telinga. Ada dua
jenis alat pelindung telinga, yaitu sumbat telinga atau ear plug dan tutup
telinga atau ear muff ( Budiono, dkk, 2003).
- Pemeriksaan Audiometri
Dilakukan
pada saat awal masuk kerja secara periodik, secara khusus dan pada akhir masa
kerja (Budiono, dkk 2003), pemeriksaan berkala audiometri pada pekerja yang terpapar
(Priatna dan Utomo, 2002) merupakan suara yang tidak diinginkan, sejauh mungkin
dikurangi atau dihilangkan. Pemerintah telah menetapkan nilai ambang kebisingan
sebesar 85 dB(A) untuk lingkungan kerja yaitu iklim kerja yang oleh tenaga kerja
masih dapat dihadapi dalam pekerjaannya sehari-hari tidak mengakibatkan
penyakit atau gangguan kesehatan untuk waktu kerja terus menerus tidak lebih
dari 8 jam sehari dan 40jam seminggu. Waldron (1989) menyatakan bahwa kebisingan
dapat dikontrol melalui :
a.
Pengendalian pada sumber kebisingan
b.
Meningkatkan jarak antara sumber kebisingan
c.
Mengurangi waktu paparan kebisingan
d.
Menempatkan barrier antara sumber dan pekerja yang terpapar
e.
Pemakaian alat pelindung telinga (earmuff, ear plug)
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Bunyi
atau suara merupakan serangkaian gelombang yang merambat dari sumber getar
sebagai akibat perubahan kecepatan dan juga tekanan udara (Soeripto, 1994).
Suara yang terjadi di jalan-jalan besar atau pabrik dan lainnya menimbulkan kebisingan.
Kebisingan adalah salah satu faktor fisik
berupa bunyi yang menimbulkan akibat buruk bagi kesehatan dan keselamatan kerja
(Zulmiar Yanri). Frekuensi bunyi yang bisa diterima
telinga manusia terbatas mulai frekwensi 16 Herts sampai 20.000 Herts.
Frekuensi bunyi yang terutama penting untuk komunikasi atau pembicaraan adalah
sekitar 250-3.000 Herts. (Zulmiar Yanri, 1999).
Dimana
suara yang melebihi batas dari pendengaran manusia bisa menyeebabkan beberapa
gangguan misalnya : gangguan Fisiologis, psikologis, keseimbangan, komunikasi,
dan efek pendengaran, rasa tidak nyaman atau stress meningkat, tekanan darah
meningkat, sakit kepala, bunyi dering akibat psikologi gangguan emosional
kejengkelan, kebingungan gaya hidup, gangguan tidur atau istirahat, hilang
konsentrasi waktu kerja,dan sebagainya.
Sehingga
perlu adanya upaya untuk menanggulangi kebisingan tersebut misalnya dengan:
Pengendalian pada sumber kebisingan, Meningkatkan jarak antara sumber
kebisingan, Mengurangi waktu paparan kebisingan, Menempatkan barrier antara
sumber dan pekerja yang terpapar, Pemakaian alat pelindung telinga (earmuff,
ear plug). Jika tidak diperhatikan dengan benar bisa menyebabkan ketulian.
SARAN
Diusahakan
untuk yang suka mendengarkan musik, agar tidak terlalu keras saat
mendengarkannya karena bisa menggangu pendengaran.
DAFTAR PUSTAKA
Cracknell,M.F dan Arthur P.Cracknell.
1976. Pemakaian Ultrasonik.
Januari:Contemporary Physics.
Depkes RI, 1994. Pedoman Praktis Memantau Status
Gizi Orang Dewasa.
Jakarta.
Erna Prihartini, 2006. Pengaruh Faktor
Umur dan Masa Kerja Terhadap Ambang
Dengar
Tenaga Kerja Terpapar Kebisingan di PT. Sarasa Nugraha, Tbk
Kemiri
Kebakkramat Karanganyar. Surakarta: Program DIII Hiperkes dan
Keselamatan
Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Resnick,Robert.
1985. Fisika Jilid 1 Edisiketiga. Jakarta:Erlangga.
Soeripto, 1994. Penelitian Pembuatan Sumbat Telinga.
Majalah Hiperkes dan
Keselamatan
Kerja Volume XXVIII No. 3. Jakarta : Pusat Hiperkes.
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
CV
Alfabeta.
Suma`mur, 1996. Higiene Perusahaan dan
Keselamatan Kerja. Jakarta: CV.
Gunung
Agung.
Zulmiar Yanri, 1999. Pengendalian Bahaya Kebisingan
di Tempat Kerja.
Jakarta:
Seminar Sehari Manajemen K3 6 Januari 1999.
Academia.edu.
“Efek Kebisingan”. http://www.academia.edu/4261932/EFEK_KEBISINGAN.
Selasa,27 Oktober 2014 jam 14:35
Universitas
Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter%20II.pdf
.
Selasa, 27 Oktober 2014 jam 19:06
Tidak ada komentar:
Posting Komentar